01 Februari 2013

HUJAN

Tik..kritik..kritik..kretek..kretek…..tek.tek..tek……….Tttttttttt……………………
……………………….…………ttttttt……………………………………………………………………….
……………………………………………….
.............................
Begitulah kira – kira awal bunyi dari air yang jatuh dari langit atau biasa disebut dengan hujan. Yang jatuh membentur sisi – sisi genteng tanah liat di atap rumah. Satu, dua, tiga susul – menyusul butir – butir air hujan jatuh membasahi tanah yang sebenarnya belum terlalu “haus” karena masih terlihat lembab sisa hujan kemarin sore. Irama air jatuh yang awalnya pelan kemudian berubah menjadi berkali – kali lebih cepat. Seolah mereka saling berebut, berlomba - lomba untuk menyentuh permukaan tanah. Terlihat di halaman rumah beberapa ekor ayam berlarian berpencar mencari tempat berteduh, menghindar dari serbuan serpihan air yang datang beratus, bahkan berribu – ribu meter dari atas langit.

Ternyata tidak hanya air yang datang, Namun butir – butir hujan yang berjumlah jutaan ini biasanya juga turut serta membawa sang kawan. Ya, siapa lagi kalau bukan angin. Datang hampir selalu bersamaan dan bahkan hampir seirama pula. Hembusan angin yang bergerak dengan irama yang pelan, kencang, pelan, terkadang malah hanya seperti hembusan lirih. Secara tiba – tiba bisa mengamuk dan berhembus sangat kencang, seperti seekor beruang yang telah diganggu dari tidur panjangnya. Angin berlarian kesana kemari membuat goyah apapun yang dilewati.
Kombinasi dua kawan sejoli ini sering sekali merepotkan benda – benda yang dilalui.  Terlihat pohon – pohon terhuyung – huyung seperti tidak siap menerima serangan sang angin. Melengkung ke kanan – ke kiri, menguji kekuatan akar – akar kekar yang tertanam ke dalam bumi. Kadang – kadang terbersit rasa iba saat pohon – pohon muda yang baru mencoba untuk bertahan hidup sudah diuji sedemikian rupa, banyak yang lolos namun dengan pengorbanan yang juga setimpal dengan nyawanya. Daunnya gugur, rantingnya patah, atau batang utamanya yang terbelah, bahkan sampai ada yang hampir tercabut dari tanah. Namun mereka masih tetap tegap mencoba meraih asa untuk tetap tumbuh besar dan kekar, dengan harapan bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Bisa menyebarkan udara – udara yang sehat dan segar, Bisa menjadi tempat berteduh orang – orang yang menghindar dari teriknya sinar sang mentari, atau bisa juga membagikan buah – buah manis nan lezat yang keluar dari bunga dan batang – batang mereka. Memanglah Sang Maha Pencipta memang menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti ada manfaatnya, Baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. Hmmh Subhanallah….
GelllegArrr!!!........
Astagfirullah hal’azdim…. Tidak cukup hanya angin dan hujan saja yang datang berkunjung. Ternyata duo kilat dan petir datang juga. Makin semaraklah hujan sore ini, kilat dengan kecepatannya mengeluarkan cahaya – cahaya terang menyilaukan mata membentuk seperti jarum tak beraturan yang terlihat coba  menggapai - gapai dataran bumi. Mengintimidasi benda – benda yang ada di bawahnya dengan kilatan – kilatan kasarnya. Sementara petir? Dia tetap dengan geraman, dan raungannya. Menggelegar, mengubah suasana yang tadinya hanya diisi suara hujan dan angin menjadi kian hingar bingar, mendengarnya kita seolah – olah membayangkan ada sosok raksasa hitam besar yang berjaga – jaga di balik kelamnya awan. Hujan, angin, kilat dan petir mewarnai sore ini, membuat setiap insan yang ada di bumi Angling Dharma ini ingin berlindung ke peraduannya masing – masing.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat menunggu hujan berhenti selain memandang jendela yang perlahan – lahan diselimuti embun. Kamu bisa membaca, menulis, menyanyi, menari, melukis, mewarnai, dan banyak lagi. Karena kalau dipikir – pikir, hujan ini memberi kita waktu “luang” untuk melakukan kegiatan yang mungkin tidak bisa kita lakukan saat terang.
Seiring dengan irama hujan yang mereda, hari beranjak petang, dan gelap mulai datang. Terlihat lampu – lampu jalan mulai menyala, menerangi rumput - rumput yang kelihatan segar karena dihiasai oleh bulir – bulir air. Kelap – kelip cahaya lampu di kejauhan mulai bermunculan, disambut oleh nyanyian katak – katak yang senang karena hujan tadi telah datang dan tak mau kalah, terdengar suara jangkrik yang juga mengiringi peralihan hari. Dengan suasana selepas hujan yang dingin dan khas, aku semakin tenggelam dalam kegiatanku mengetukan jari - jemariku dalam tuts keyboard. Mengalir perlahan, lembar demi lembar tulisan spontan yang terpikirkan kuabadikan dalam tulisan. Hingga keasyikanku terhenti saat mendengar adzan maghrib telah berkumandang. Alhamdulillah…… saatnya menghadap Sang Maha Kuasa dan Sang Maha Pencipta Alam Semesta, berharap apa yang telah dan akan  kulakukan tetap lurus dan senantiasa berada di jalan-Nya. Amien…………
Mungkin postingan kali ini cukup sekian dulu ya, karena saya akan memenuhi panggilan alam.
see you on the next post………

Note:
Hehe maaf bila postingan kali ini agak terlihat melankolis, cz baru abis baca buku yang tidak kalah melownya, jadi ikut ketularan deh… J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar